Butuh keberanian untuk menyederhanakan keinginan.
Butuh keberanian untuk mengakui makanan bagi jiwa itu kasih, bukan kenyamanan.
Butuh keberanian untuk menerima bahwa bukan tradisi yang memasungmu tapi pola pikir.
Butuh keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Siapa yang tidak mau nyaman? Tapi kalau tidak keluar, bagaimana kau tahu diluar sana ternyata bisa jadi jauh lebih nyaman?
Butuh keberanian untuk menjelaskan bahwa setiap orang punya pilihan, dan perbedaan tidak seharusnya membuatmu dihakimi.
Butuh keberanian untuk melangkah dan meninggalkan hal yang kau cintai untuk mencari tahu dan memahami siapa dirimu sebenarnya.
Butuh keberanian untuk mengutarakan isi hati yang kau tahu akan ditentang oleh norma, moral, sosial, namun membuatmu lebih hidup.
Butuh keberanian untuk tetap berjalan sekalipun jalan yang kau tempuh memberatkan langkahmu. Bukan kah karena hatimu yang justru memberatkan kakimu?
Butuh keberanian untuk membuka hati dan membiarkan kesempatan kedua masuk dan memberi kehangatan di hatimu.
ps: pemikiran yang tidak penting ini muncul di kala baper di tengah malam.
Pemikiran yang bagus nih 🙂 saya bisa relate dengan keberanian begini… tapi anehnya kalau keberanian fisik saya nggak bisa! Suka dibilang penakut soalnya takut nyetir lah, takut olahraga ekstrim, takut rumah sakit, takut suntik dsb… tapi saya berani misalnya, ninggalkan kerjaan yang bikin nggak happy, pergi ke negara orang sendirian dsb 🙂
Setiap orang sedang bergelut dengan rasa takut. And lucky you, Mbak, yang sudah berhasil mengalahkan beberapa ketakutanmu.
Cheers.
Takutnya beda Sab sepertinya hehehe, kalo takut dokter dsb itu… skrg masih takut tapi mau gak mau pergi deh daripada sakit 🙂
Sehati sama pemikiran ini..*dari saya yg sering dianggap anti mainstream dalam banyak hal..
Tosss, Mbak Em…! 😉
Tos juga😉👋🏽
Semangat juga sabrin, aku mendukungmu untuk berani untuk apapun yang sedang bikin baper.
Makasih Yuna… Hwaiting…! 🙂
Hwaiting!!! ❤ 🙂
*naga-naga penggemar K-drama ini* 😀 😀
a little aja kok. hahaha… 😉