Dalam berteman, saya punya standard yang harus dipenuhi dulu untuk melangkah lebih jauh. 🙂 Saya memilih untuk menerapkan sistem lapisan bawang dalam memiliki relation. Kenalan tidak otomatis menjadi teman, kolega tidak otomatis menjadi teman, teman tidak otomatis menjadi sahabat, dan sahabat tidak otomatis menjadi keluarga. Sayangnya standard ini sering disalahartikan bahwa saya sombong, pemilih, tidak sosialis, dan penyendiri.
Kenapa saya merasa harus punya standard dalam berteman? Namanya gak ikhlas donk? Iya…harus. Ini sebagai bentuk pertahanan saya. Saya beberapa kali terlalu “lugu” dalam menyikapi pertemanan di lingkungan pekerjaan. Yang saya anggap teman, ternyata lawan. Yang saya anggap kakak/adik, ternyata rival. Kita gak pernah tau kedalaman hati seseorang. Gak akan pernah. Jadi lebih baik menerapkan system pertahanan diri daripada berujung pada kerusakan mental (baca: sakit hati).
Jadi apa standard saya dalam berteman? Saya lebih suka define dulu lapisan-lapisan yang saya maksud berdasarkan pengalaman saya.
Kenalan
Seseorang yang baru saya kenal tidak serta merta menjadi teman saya. Dikenalin, berkenalan sendiri secara langsung, berkenalan secara online (via media social, professional media social, blog). Saya rada aneh menyebutkan seseorang adalah teman saya bila saya hanya tau namanya saja, atau tau nama account-nya di media social. Jangan pernah berharap kenalan kamu akan dengan senang hati membantu kamu atau menawarkan bantuan kalau bukan dari kebaikan hati orang tersebut.
Kolega
Seseorang yang saya kenal di lingkungan pekerjaan (professional) dan terlibat kerjasama dengan orang tersebut dalam ranah bisnis saya akan sebut kolega. Kolega tidak otomatis menjadi teman saya. Perlu digarisbawahi bahwa hubungan kolega tercipta hanya karena terlibat urusan pekerjaan. So jangan harap kolega mau tau atau bahkan harus memahami urusan kehidupan pribadi atau urusan dalam keluarga/rumahtangga. It’s a big NO. Bertengkar dengan suami, bertengkar dengan mertua, bertengkar dengan sahabat, bertengkar dengan pacar, bertengkar dengan orangtua, ribut dengan kakak/adik, ribut dengan kolega lain. Keep your private life for yourself and it’s important not to wash your dirty laundry in public. Siapa yang bisa jamin bahwa masalah pribadi yang diketahui kolega lain tidak berpengaruh ke performa pekerjaan? Ingat, kita tidak tau mana rival sampai kita dijatuhkan olehnya.
Teman
Butuh teman di sela-sela pekerjaan? Boleh aja. But remember a friend can’t forever keep your secret, more over your dirty little secret. Banyak hubungan pertemanan yang rusak karena rahasia kita dibeberkan oleh teman yang mungkin sedang ada masalah (baca: ribut) dengan kita. Mungkin yang dia sampaikan adalah keadaan yang sebenarnya, namun orang yang menangkap cerita itu tidak serta merta menyimpan rahasia itu. Bisa jadi disampaikan ke orang lain dengan sedikit bumbu atau malah beda dengan kenyataan. Saya rasa di semua lingkungan kerja kan ada bigos (biang gossip). So, just keep your mouth closed if it comes to your dirty little secret. Gak usah banyak curcol sama kolega deh. Lagian kolega itu bukan tong sampah lho.
Sahabat
I stick to keep no-close friend in my office. It’s important to keep my mind healthy and clean in office. Sahabat adalah hubungan pertemanan yang setingkat diatas teman. Teman adalah orang yang kita harapkan bisa menjaga rahasia, tapi sahabat lebih dari itu. Hubungan dengan sahabat lebih dalam lagi, sahabat adalah orang yang kita harapkan mampu menjaga perasaan kita di saat rapuh (ceileehhh..) dan bisa saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan. If you think you have close friends even you call them your best friends, wait until you have problem with them. A best friend will not keep you down. A best friend tries to keep you happy but accompany you when you’re sad. A best friend would offer you a loan when you need money urgently. A best friend know your family and your family know her/him. When you fight with your best friends, they prefer to keep themselves cool down instead of hurting you more. Gimana? Yang kamu anggap best friends ternyata cuma bikin kamu sakit kepala dan sakit hati? Seseorang yang kamu anggap best friend gak kenal keluargamu dan keluargamu gak tau dia? Then she/he is not your bestfriend. Kok bersahabat aja banyak tuntutan? Of course it is! Makanya saya gak pernah mau bersahabat dengan kolega di area kantor saya. Beda halnya bersahabat dengan departemen lain lho ya (walopun gak direkomendasiin juga)… I mean yang terlibat langsung dengan pekerjaanmu sehari-hari dan continuously. If you really have best friends in your office, then you’re soooo lucky then.
Saudara (sisterhood / brotherhood)
You think you have a sister or brother (non-siblings) in your office? Check again! Kamu anggap senior kamu itu kakak kamu atau adik kamu? Mikir dua kali deh. If it comes to business (baca: money), you never have sisters/brothers in your office. Emangnya dia rela gajinya lebih dikit dari gaji kamu? Dia rela ngorbanin jabatannya demi kamu? Rela rekomendasiin kamu jadi atasannya? Rela gaji kamu naik dan gajinya gak naik? Rela melindungi kamu dari kesalahan kamu dalam pekerjaan? Rela belain kamu saat kamu di bully? Atau sebaliknya, kamu rela ngorbanin jabatan kamu untuk mereka? Rela di-PHK untuk gantiin mereka kalau ternyata mereka masuk daftar PHK dalam rangka pengencangan biaya operasional perusahaan? Gak usah naïf deh. No sister/brother (non-siblings) in business. And if you have sister/brother (siblings) in your office, then it will ruin your working performance. Dan penting untuk tidak merepotkan kolega dengan segala macam urusan pribadi terutama rumahtangga kamu.
Keluarga
Sama seperti pembahasan sisterhood/brotherhood, jangan pernah berpikir kolegamu adalah family. No no no. Jangan tipu diri sendiri. Kalau kamu pikir atasan/senior memperlakukan atau menganggap kamu sudah seperti keluarganya, kenapa mereka gak rekrut keluarganya aja untuk bekerja di posisi kamu? Pikir lagi deh. Dan jangan pernah memperlakukan atau menganggap kolega adalah keluargamu sendiri. Atasan bukan bapak/ibu kita. Senior bukan kakak kita. Junior bukan adik kita. Gak usah terlalu naif deh. Dan sekali lagi, jangan merepotkan kolega dengan segala macam urusan pribadi terutama rumahtangga kamu.
Penjelasan saya mungkin kurang dalam dan kurang lengkap. Kalau kamu tertarik untuk lebih jauh mengenai lapisan bawang dalam hubungan sosial, kamu bisa baca atau cari informasi tentang Teori Penetrasi Sosial. Oom Google bisa kasi referensi lebih banyak.
Nah apakah cara saya berteman kejam? Gak tuh. I set a boundary and draw a line between me and other people. Garis akan saya pertebal jika saya merasa harus menjaga jarak. Kenapa harus jaga jarak? Agar tidak terlalu berharap kepada orang lain. Kenapa gak mau berharap ke orang lain? Supaya tidak kecewa ketika menghadapi masalah dan ketika saya berharap dibantu. When you have real problems in your performance/in life, only them who are really close to you seem to really understand you and willing to help you. So pintar-pintar lah menjaga jarak dan menghadapi orang lain. Kenapa saya terkesan sok tau banget dan speak up? Karena saya sudah jatuh-bangun merasakannya. In life we sometimes fall but have to rise again. In another chances, we ought to try not to fall into the same hole again because it’s getting harder to rise if you fall over and over again. Tapi itu semua terserah kamu. Saya hanya mau berbagi saja.
Have a great day..!
Cheers,
Seseorang yang jutek
Aku juga kayak gt skr, apalagi makin tua makin banyak kejadian gak enak juga. Temen yg dikira deket bgt belon tentu anggap kita sama. Skr malahan banyak yg cuman sekedar kenalan doang karena seiring dgn waktu ternyata mereka gak seperti yg aku harapkan.
Setuju, Kak Non… seiring bertambahnya usia dan pengalaman, inner circle kita emang makin sedikit ya. Tapi lebih berarti. iya kan Kak? 😉
Nggak semua orang harus dijadikan teman memang, Kak. Dan memang paling sakit kalau punya ekspekstasi yang nggak sama dalam segala bentuk relationship, termasuk pertemanan.
Orang yang paling berpotensi menyakiti adalah juga orang yang paling kita sayangi. Tapi bagaimanapun menyayangi itu menyenangkan. Entah menyayangi teman, sahabat, pasangan, atau orang asing yang selewat lalu di kehidupan kita.
Sayang kamu, kak Sebi!
😘😘😘
Setuju, Be… Orang yang paling potensial nyakiti kita memang orang yang dekat. Dan preventive action lebih baik dari corrective action. hihi…
Sayang kamu, Be… and miss you a lot. *bearhugs*
Bertemandi kantor paling sulit, too tricky, Sabine.
Can’t agree more, Teh Yuna… kalau ternyata ada, rasanya beruntung banget ya…
Iyah, tapi based on my bitter experiences, at the most of our friends, work for living, jadi yah, survival thing at its most, ujung2nya kalo ada apa2 clash dikerjaan ya udah, jadi tambah gak enak. 😦