Pernah denger atau baca cerita tentang Perumpamaan Anak Yang Hilang?
Berikut ceritanya:
Alkisah tentang seorang bapak yang memiliki dua orang anak; si anak sulung dan si anak bungsu. Pada suatu hari, si bungsu meminta harta warisan yang menjadi bagian miliknya yang seharusnya dibagikan ketika bapaknya sudah meninggal. Kemudian bapak tersebut membagikan ke anak-anaknya. Lalu si bungsu pergi ke negeri yang jauh dan hidup berfoya-foya disana dengan harta warisan dari bapaknya. Sekian waktu berjalan, si bungsu kehabisan uang. Menyesallah dia pergi dari rumahnya ke negri yang jauh apalagi di negri yang dia tempati saat itu sedang ditimpa bahaya kelaparan. Si bungsu berusaha mencari sesuap nasi hingga bekerja di sebuah ternak babi. Di peternakan itu si bungsu masih sangat kelaparan sampai-sampai ingin memakan ampas makanan ternak babi. Kemudian timbullah rasa sedih dan penyesalan yang amat sangat dalam hatinya terhadap bapaknya. Si bungsu berniat kembali ke negrinya dan meminta maaf kepada bapaknya, serta berniat menjadi pekerja dan mengabdi pada bapaknya saja. Pasti bapakku akan memaafkan dan menerima diriku kembali ke rumah, batin si bungsu. Maka si bungsu pun kembali ke negrinya. Apa yang terjadi kemudian?
Dari kejauhan sang bapak melihat anak bungsunya datang mendekati rumahnya. Sang bapak berlari dan memeluk anaknya yang dikasihinya itu. Lalu sang bapak memanggil para pelayannya dan menyuruh mereka menyiapkan pakaian indah dan perhiasan untuk dikenakan si bungsu, dan menyediakan hidangan terbaik untuk pesta perayaan atas kembalinya si bungsu. Sang bapak merasa bahagia dan berkata,”Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Berita kembalinya si bungsu terdengar hingga ke si sulung. Si sulung tidak terima perlakuan bapaknya yang sangat baik kepada saudaranya. Timbul iri dihatinya karena setelah sekian lama dia bekerja membantu bapaknya, tidak pernah bapaknya memperlakukannya sebaik itu. Si sulung marah dan tidak mau mengikuti pesta itu. Bapaknya kemudian datang padanya dan menjelaskan, bahwa selain bapaknya itu tidak pernah menutup mata terhadap hal-hal yang anak sulungnya pernah lakukan untuk dirinya, bapaknya juga menyadarkan bahwa sudah sepatutnya sang anak sulung ini bergembira, karena yang pulang ini adalah adiknya sendiri.
Kisah ini sudah seringkali saya dengar sejak masih kecil. Selalu yang menjadi fokus adalah si anak bungsu yang awalnya egois dan hanya memikirkan kesenangan, lalu berbalik kembali ke keluarganya. Lalu bagaimana dengan si anak sulung? Berapa banyak dari kita yang sering merasakan hal yang sama dengannya? Tidak terbatas di lingkungan keluarga. Di lingkungan pekerjaan, kita sudah merasa melakukan yang terbaik dan mematuhi semua peraturan perusahaan. Namun mengapa karyawan yang sering melanggar peraturan tidak ditegur? Atau kita merasa bekerja lebih keras namun karyawan lain yang menikmati hasilnya dan diangkat jabatannya? Atau hal sederhana saja, kita merasa lebih tua dan lebih senior namun mengapa karyawan yang masih tergolong baru dan belum banyak pengalaman kerja yang lebih dianggap? Siapakah yang bisa kita salahkan? Tuhan kah yang pilih kasih? Atasan kah yang tidak jeli menilai karyawannya? Apakah kita tau rencana apa dibaliknya?
Situasi di negara kita ini contohnya, banyak pejabat dan keluarganya yang melanggar hukum tidak semuanya dihukum kan? Tidak sedikit dari mereka yang mendapat keringan bahkan terbebas dari tuntutan. Lalu kita masyarakat biasa ini akan ditindak bila melakukan pelanggaran hukum kan? Siapa yang salah? Penegak kah hukum yang tebang pilih?
Dalam kisah yang diceritakan diatas, si sulung diminta bapaknya untuk turut bergembira atas kembalinya si adik yang sudah menyusahkan orangtuanya itu. Bagaimana bisa kita bergembira ketika kita marah dan kesal atas ketidakadilan? Kadang saya merasa ini gak masuk akal. Tapi ternyata ada aja lho manusia yang sanggup lakukan itu. Sebaik-baiknya manusia pasti punya amarah atas ketidakadilan, bukan?