Before I start to tell the message, please excuse me to use mixed languages dan beberapa pendapat saya yang mungkin dianggap tidak sopan. š Pembahasan tentang pergerakan wanita belakangan ini semakin meluas dan banyak dampak positif yang dihasilkan. Wanita Indonesia semakin berani speak up dan unjuk gigi untuk menerima tantangan dalam pendidikan dan pekerjaan, serta lebih ekspresif dalam menunjukkan kepribadiannya. Kita sudah bergerak jauh dari zaman para nenek kita -that we all know- mereka tidak seberuntung kita untuk menikmati era canggih dan mudah ini. Dalam hal pendidikan kita sudah setara dengan pria. Saya kira sudah semua jurusan/major menerima perempuan untuk menempuh ilmu. Begitu juga dalam kesempatan pekerjaan. Saya sehari-hari sudah melihat para wanita bekerja sebagai insinyur, akuntan, guru, geologis, ahli geodesi, penjaga keamanan, operator kendaraan ringan dan berat berada di sekitar saya. Profesi yang dulu hanya dilakukan oleh pria. Bangga rasanya melihat mereka semua. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada para wanita yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Bagi saya, ibu rumah tangga adalah juga profesi sekaligus peran yang mulia. I believe if only Kartini were still alive, she’d shed her tears and felt proud to see the Indonesian Women nowadays. Pendidikan, pekerjaan, peran dalam sosial, dan hak untukĀ bersuara menjadikan wanita Indonesia semakin cerdas dan menginspirasiĀ satu sama lain.Ā Kita juga punya banyak sosok wanita yang menjadi kebanggan Indonesia. Saya bangga dan kagum setengah mati pada Ibu Sri Mulyani, Ibu Susi Pudjiastuti, dan Bunda Anne Avantie.Ā Mereka adalah sosok yang dicita-citakan Kartini ada dalam wanita Indonesia. Saya percaya banyak artikel dan pembahasan mengenai kemajuan para wanita Indonesia dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Lalu bagaimana dengan kepribadian? I mean, our attitude. I use “our” because I am also a woman and I wanna share my opinion about women’s attitude. Bahasan ini gak banyak didiskusikan. Ada beberapa feminist yang saya tau dari tulisannya sudah membahas tentang women’s attitude. Selain pendidikan dan pekerjaan kita sudah setara dengan pria, bagaimana dengan attitude and our way to treat another? Apakah harus sama? Atau lebih baik? Atau lebih buruk? Ketika gak dapet tempat duduk di bus atau di angkot, apa kita ngeluh dalam hati atau langsung nyinyir ke laki-laki yang ada di bus tersebut? Ketika mengantri, apakah masih minta diistimewakan? Ketika bekerja apa masih minta dimaklumi karena lebih lambat dan lebih sering salah? Bagi wanita hamil dan bekerja, ketikaĀ di kantor masih merasa berhak diberi pengertian untuk uring-uringan, tidur di jam kerja dan telat setiap hari? Ohh…itu manusiawilahh. Ya, manusiawi. Dan para wanita yang tidakĀ melakukan hal-hal tadi itu gak manusiawi lagi, udah jadi manusia setengah dewa. š Lalu apakah masih ketergantungan secara finansial tapi merasa equal to men? Kalo melihat laki-laki yang bawel, masih sering bilang mulutnya kayak mulut perempuan gak?Ā Kok bisa rendah sekali ya harkat perempuan karena satu atau dua mulut laki-laki yang bawel itu. Sikap bawel bukan secara natural hanya ada pada diri perempuan, tapi juga pada laki-laki lho karena sama-sama manusia kok. Trus soal penampilan nih. Kalo melihat perempuan yang berdandan/make up tebel, kenapa harus bilang “Rempong banget deh jadi cewek!”. Ada aja alasanĀ untuk nyinyirin “perempuan”. Bisa aja yang bersangkutan pake make up tebelĀ ituĀ gak ngerasa ribet lho dandan kayak gitu justru malah meningkatkan rasa percaya diri. Who knows. Everybody has their own issue. You’ll understand if you walk in their shoes. Sosok yang saya inginkan dari para wanita Indonesia adalah: Attitude baik yang dipadu dengan kecerdasan. Attitude baik tapi gak cerdas bikin kemajuan teknologi jadi gak berarti. Cerdas tapi gak punya attitude yang baik bikin pendidikan gak berarti. Mumpung udah menjelang Hari Kartini nih. Pasti udah pada bikin persiapan kegiatan untuk perayaan Kartini tho.Ā Gak ada gunanya kita heboh merayakan Hari Kartini kalo kita gak bisa jadi Kartini modern, at least melakukan sebagian dari hal-hal yang sudah RA Kartini lakukan. Menjadi pribadi terdidik yang berbagi ilmuĀ lebih baik daripada ngumpul dan menggosipi wanita lain soal penampilan dan siapa pacarnya. *c’monnn…* Membantu sesama wanita mengasah hard skill dan soft skill lebih baik daripada berkoar-koar habis belanja darimana, beli apa aja,Ā dapat brand apa aja. Gak semua orang di sekitar kita lho yang punya keberuntungan yang baik dalam finansial. Buka mata untuk lebih sensible ke sekitar kita. Menurut saya, penting banget untuk gak bikin sesama wanita minder dengan keberadaan kita. Alangkah lebih baik orang-orang sekitar kita merasa bersyukur kenal dan dekat dengan kita karena ringan tangan dan jadi teladan yang memotivasi orang lain. Gak sulit kok. Berbagi ilmu yang kita punya aja. Kadang kita gak nyangka hal sepele yang kita biasa lakukan ternyata sangat berarti buat orang lain.Ā Ini cuma sharing info dan opini. Monggo kalo mau protes atau menambahkan. Selamat memaknai tujuan mulia RA Kartini untuk kita, Wanita Indonesia. Tidak ada tujuan mulia yang akan berakhir sia-sia. Mari lanjutkan perjuangan pendahulu kita. How? Share your knowledge for free, educate others for free, and help others to do more valuable things. Gak sulit, kan? š